Bantuan PHR Ubah Kampus Unilak Jadi Green Campus dan Objek Wisata Kota Pekanbaru Yang Raih Rekor Muri

Bantuan PHR Ubah Kampus Unilak Jadi Green Campus dan Objek Wisata Kota Pekanbaru Yang Raih Rekor Muri

Cakrabangsa.com-Kolaborasi apik antara BRIN, PHR dan Unilak dalam bidang lingkungan mendapatkan apresiasi dari MURI (museum rekor Indonesia) terkait Taman Keanekaragaman Hayati Hutan Rawa Sumatra Pertama yang diserahkan oleh MURI kepada BRIN pada 1 Maret 2024 lalu.

Piagam rekor MURI ini langsung diterima oleh Prof Junaidi pada 4 Maret 2024 lalu, di kantor BRIN. Piagam tersebut ditandatangai oleh Ketua MURI Jaya Suprana.

 

Prof Junaidi dalam keterangannya mengucapkan syukur  alhamadulillah Unilak pertama kali mendapatkan rekor Muri untuk terkait Taman Keanekaragaman Hayati Hutan Rawa Sumatra Pertama. Kami ucapkan terima kasih kepada KLH bu Menteri Siti Nurbaya, Pertamina Hulu Rokan, dan BRIN. BRIN PHR juga mendapatkan sertifikat yang sama.

 Yang membuat Unilak mendapatkan rekor MURi, karena Taman Keanekaragaman Hayati Hutan Rawa Sumatra Pertama berada di kampus Unilak dengan luas saat ini ada 15 ha, karena potensi dan daya tarik luar biasa di taman Kehati Arboretum Unilak ada lebih dari 200 jenis tanaman, flora fauna, dll.

Dijelaskan Prof Junaidi bawah prose pengajuan MURI ini dilakukan oleh BRIN, dengan diawali dengan penetlian atau pembuatan base line dengan mengindentifikasi jenis pohon, tanaman apa saja yang ada taman kehati, mengindentifikasi fauna satwa, jenis amfibi, mamalia, reptil, dan burung, terindentifikasi. Dan semua pohon yang ada di taman Kehati telah di beri barcode(identitas) sehingga bisa didapatkan informasi dengan melakukan scan menggunakan smarphone.

" Proses rekor Muri tidak begitu saja didapatkan, ada proses panjang, diajukan ke MURI, kita lengkapi administrasinya, dan wajib ikuti prosedur apa yang diingikan pihak Muri dan ada proses verifikasi ulan diseluruh Indonesia dan ini memang satu-satunya dan kebetulan kita (Unilak) yang pertama Taman Keanekaragaman Hayati Hutan Rawa Sumatra Pertama.

Disebutkan Prof Junaidi, saat pendataan flora fauna di taman kehati dikomandoi oleh Prof Hendra dari BRIn, beliau yang merancang, mendesain. Prof Hendra ini berada di Unilak lebih dari 1 bulan, mendata, pengecekan dll.

"Kami ucapkan terima kasih kepada Prof Hendra,BRIn, KLHK, PHR yang memiliki semangat besar untuk melestarikan lingkungan taman, hutan dll dan dapat diketahui oleh anak cucu kita, untuk generasi masa akan datang. Tentu penghargaan Muri ini menjadi anugerah dan sejarah baru bagi Unilak, ujar Prof Junaidi.

Prof Junaidi pun memberikan apresiasi juga kepada Fakultas Kehutanan dan Sains Unilak menjadi ujung tombak menjaga lingkungan Unilak yang hijau dan membantu Prof Hendra saat turun untuk melakukan studi lapangan, harapan kita semangat menjaga lingkungan, hutan, rawa flora fauna dapat dilakukan semua orang.

Dijelaskan Prof Junaidi bahwa, sebelum mendapatkan bantuan dan dukungan PHR, kawasan danau dan sekitarnya ini adalah wilayah yang kurang tertata, rumput panjang, tidak memiliki jogging trak, amphiteater, jembatan di tengah danau, tanaman yang gersang dll. Namun kita lihar sekarang, kondisinya telah berubah drastis, tiap hari tidak kurang sekitar 500 orang datang menikmati suasana hijau di kawasan danau Unilak. Bahkan seiring dengan adanya Lacof Cafe, membuat pengunjun jadi betah berlama lama di kampus Unilak. 

" Kawasan ini jadi objek wisata Pekanbaru,  dan instgramable. Banyak yang datang di akhir pekan dari Siak, Duri, Kandis Pelalawan, Kampar dll, bahkan Unilak naik peringkat dalam peringkat kampus hijau yang diadakan oleh Green Matric Universitas Indonesia dari 80 ke 76 di akhir tahun 2023," ujar Prof Junaidi..


Hasil Pendataan dari Prof Hendar selama lebih dari sebulan didapatkan laporan berikut

Taman Kehati Arboretum Unilak merupakan ekosistem hutan rawa air tawar khas Sumatra yang tersisa di tengah lanskap perkotaan yang telah padat dengan permukiman dan bangunan-bangunan massif lainnya.  Keberadaannya yang di tengah Kawasan kampus Unilak dan telah ditetapkan sebagai kawasan lindung, membuatnya tetap terpelihara dan lestari.  Bahkan menjadi “oase” bagi kehidupan berbagai spesies langka asli Sumatra, baik tumbuhan maupun satwaliar.  Dengan luas 13,11 hektar Taman Kehati ini menyimpan 173 spesies pohon dan 87 spesies satwaliar.  Beberapa diantaranya merupakan spesies terancam kepunahan yang terdaftar di daftar merah (red list) International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Ekosistem unik, fragile namun terancam

Ekosistem hutan rawa air tawar Sumatra merupakan ekosistem lahan basah yang bersifat fragile atau sangat sensitive terhadap gangguan, dan memiliki peran yang penting dalam tata air atau system hidrologi suatu wilayah dan penting sebagai penyangga kehidupan.  Oleh karena itu, lahan basah ini dikelompokkan ke dalam ekosistem esensial yang harus dilindungi sehingga ditetapkan sebagai Kawasan lindung.  Ekosistem rawa di berbagai daerah menghadapi ancaman kepunahan karena dihilangkan dengan sengaja, misalnya direklamasi atau diurug untuk didirikan bangunan perumahan, perkantoran, industry, pertanian lahan kering dan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya dan bandara.  Ekosistem rawa menjadi incaran untuk dikonversi karena biasanya terletak di daerah datar dan banyak sumber air.  Taman Kehati Arboretum Unilak, merupakan sisa (remnant) ekosistem hutan rawa Sumatra yang tersisa di tengah Kota Pekanbaru.

Kekayaan Flora

Dengan luasan yang hanya 13,11 hektar, Taman kehati Arboretum Unilak memiliki keanekaragaman spesies floraf dan fauna yang tinggi.  Ada 173 spesies pohon, diantaranya 139 merupakan spesies Asli Sumatra dan 34 spesies merupakan introduksi dari luar Sumatra.  Sebanyak 109 spesies merupakan pohon yang tumbuh secara alami, sedangkan 57 spesies merupakan tanaman pengkayaan yang dilakukan oleh Unilak.

Kekayaan Fauna

Taman Kehati Arboertum Unilak juga memiliki kekayaan spesies satwa liar yang tinggi.  Ditemukan 87 spesies satwa yang terdiri dari 6 spesies Mamalia (6,9%), 23 spesies Reptilia (26,4%), 11 spesies Amfibia (12,6%) dan 47 spesies burung (54,0%).

Wahana Wisata dan Edukasi Lingkungan

Taman Kehati Arboretum Unilak didesain sebagai destinasi wisata edukasi berbasis ekologi atau Eco-eduwsisata.  Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya konservasi keanekaragaman hayati, khususnya spesies dan ekosistem yang terancam punah.  Dengan demikian diharapkan akan tumbuh kesadaran yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku menjadi cinta tanah air dan cina lingkungan, kemudian berperilaku hidup sehat dan ramah lingkungan.

 

Taman Kehati Arboretum Unilak merupakan perwakilan ekosistem hutan rawa air tawar Sumatra yang khas dan memiliki banyak spesies asli Sumatra (indigenous species). Kondisi demikian sudah sulit ditemukan di lanskap perkotaan di daerah manapun. Indeks keanekaragaman spesies yang tinggi

Taman Kehati Arboretum Unilak memiliki indeks keanekaragaman spesies (H’) pohon mencapai 4,16 termasuk kategori tinggi, indeks kemerataan spesies (E) 0,81 yang artinya komunitasanya stabil dan indeks kekayaan spesiesnya (Dmg) mencapai 20,97.  Secara keseluruhan Taman Kehati Arboretum Unilak memiliki indeks keanekaragaman spesies satwa 3,85 atau tergolong tinggi, dan indeks kekayaan spesies yang tinggi pula yaitu 13,60. Komunitas satwa juga dalam kondisi stabil dengan indeks kemerataan 0,86.  Indeks keanekaragaman spesies dan indeks kekayaan spesies burung adalah yang tertinggi dibandingkan Reptilia, Amfibia dan Mamalia.

Memiliki banyak spesies langka dan terancam

Taman Kehati Arboretum Unilak memiliki 29 spesies pohon langka, yaitu spesies yang dikategorikan Kritis (Critically endangered), Genting (Endangered) dan Rentan (Vulnerable) oleh IUCN. DIsamping itu juga ada 9 spesies pohon Hampir Terancam (Near Threatened).  Ada 7 spesies pohon yang terdaftar dalam Appendix II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) yaitu spesies yang tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin terancam jika perdagangan terus berlanjut tanpa ada pengaturan. Oleh karena itu perdaganannya dibatasi dengan kuota.   

Remnant Forest di tengah perkotaan

Taman Kehati Arboretum Unilak merupakan hutan rawa air tawar Sumatra yang tersisa (remnant forest) di tengah lanskap perkotaan.  Remnant forest ini berjarak sekitar 9,1 km dari kawasan konservasi Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim dan sekitar 22,8 km dari Taman Wisata Alam (TWA) Buluh.  Secara ecoregion, Taman Kehati Arbretum Unilak termasuk ke dalam ecoregion hutan rawa air tawar Sumatra, dan berjarak sekitar 2,6 km dari Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Tepung Kiri-Sungai Kiyap, dan 10 km dari KHG Sungai-Kiyap-Sungai Kerinci.

Taman Kehati Pertama untuk konservasi ekosistem hutan rawa Sumatra

Berbagai upaya konservasi dilakukan untuk menyelamatkan ekosistem hutan rawa Sumatra, antara lain dengan menetapkannya sebagai Kawasan yang dilindungi, baik sebagai Hutan Konservasi, Hutan Lindung, Kawasan Lindung maupun Kawasan Ekosistem Esensial.  Upaya konservasi ekosistem hutan rawa Sumatra melalui Taman Keanekaragaman Hayati merupakan hal baru dan pertama dilakukan.  Landasan hukum Taman Kehati adalah Pasal 57 ayat 1(b) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentan Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan peraturan turunannya yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 tahun 2012 tentang Taman Keanekaragaman Hayati.  Hingga tahun 2019 sudah ada 30 Taman Kehati dengan kelembagaannnya yang dibina oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.  Dari sejumlah tersebut tidak ada yang memiliki kekhasan ekosistem hutan rawa air tawar Sumatra dengan kekayaan spesies pohon asli dan satwa seperti Taman Kehati Arboretum Unilak.

Promosi pembangunan berkelanjutan dan kampus hijau

Pencapaian Rekor MURI akan semakin mengukuhkan, mempertegas, komitmen Universitas Lancang Kuning dan mendorong serta menginspirasi semua pihak untuk melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan untuk mencapai target Sustainable Development Goals tahun 2030.  Penghargaan Rekor MURI juga mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati pada umumnya dan ekosistem hutan rawa Sumatra pada khususnya dalam kerangka program Kampus Hijau (Green campus), sehingga semakin dikenal dan didukung oleh para pihak.(LLK/foto foto oleh LLK dan Fahutan Unilak)

Berita Lainnya

Index